Profil Desa Maron

Ketahui informasi secara rinci Desa Maron mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Maron

Tentang Kami

Profil Desa Maron, Garung, Wonosobo. Mengupas potensi agraris, khususnya sebagai sentra penghasil tembakau dan hortikultura sayuran dataran tinggi, serta dinamika kehidupan masyarakat lereng Gunung Sindoro yang memegang teguh tradisi budaya.

  • Sentra Tembakau Unggulan

    Desa Maron merupakan salah satu pusat utama penghasil tembakau berkualitas tinggi di Kabupaten Wonosobo, yang menjadi komoditas primadona dan penggerak utama ekonomi lokal.

  • Lumbung Hortikultura Dataran Tinggi

    Berada di lereng Gunung Sindoro yang subur, desa ini juga menjadi lumbung sayur-mayur penting, seperti kubis, kentang, dan cabai, yang menopang ketahanan pangan dan ekonomi warga.

  • Masyarakat Pelestari Budaya

    Warga Desa Maron aktif melestarikan kesenian dan tradisi lokal, terutama Kuda Kepang (Jaran Kepang) dan ritual adat tahunan, sebagai bagian integral dari identitas dan kehidupan sosial mereka.

XM Broker

Terletak anggun di lereng Gunung Sindoro yang megah, Desa Maron di Kecamatan Garung, Kabupaten Wonosobo, merupakan sebuah kanvas hidup yang melukiskan harmoni antara kesuburan alam, ketekunan agraris dan kekayaan budaya. Desa ini dikenal luas sebagai salah satu sentra penghasil tembakau unggulan, komoditas yang dijuluki `emas hijau` dan menjadi tulang punggung perekonomian masyarakatnya. Namun potensi Maron tidak berhenti di situ. Lahan-lahannya yang subur juga menjadi lumbung bagi aneka sayuran dataran tinggi yang vital. Di tengah kesibukan mengolah tanah, masyarakatnya tetap setia merawat tradisi dan kesenian leluhur, menciptakan sebuah komunitas yang tidak hanya produktif secara ekonomi, tetapi juga kaya akan identitas dan kearifan lokal.

Geografi Subur di Kaki Gunung dan Potret Demografi

Secara geografis, Desa Maron berada pada posisi yang sangat strategis di lereng sebelah selatan Gunung Sindoro. Lokasi ini memberikannya keuntungan agroklimat yang luar biasa, dengan tanah vulkanik yang sangat subur, udara sejuk, dan curah hujan yang cukup, menjadikannya surga bagi pertanian hortikultura. Luas wilayah Desa Maron tercatat sekitar 4,02 kilometer persegi (402 hektar). Wilayah administratifnya berbatasan langsung dengan beberapa desa lain; di sebelah utara berbatasan dengan kawasan hutan negara, di sebelah timur berbatasan dengan Desa Sitiharjo, di sebelah selatan dengan Desa Tegalsari, dan di sebelah barat berbatasan dengan Desa Kuripan.Berdasarkan data kependudukan terbaru, Desa Maron dihuni oleh 4.717 jiwa. Dengan luas wilayahnya, maka tingkat kepadatan penduduk desa ini ialah sekitar 1.173 jiwa per kilometer persegi. Komposisi penduduk didominasi oleh kelompok usia produktif yang mayoritas menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Kepadatan penduduk yang cukup tinggi ini mencerminkan pemanfaatan lahan yang intensif, di mana hampir setiap jengkal tanah produktif dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya pertanian yang menjadi sumber kehidupan utama warga.

Penyelenggaraan Pemerintahan dan Visi Pembangunan

Roda pemerintahan Desa Maron dijalankan oleh seorang Kepala Desa yang memimpin jajaran perangkat desa dalam menyelenggarakan pelayanan publik dan mengelola pembangunan. Pemerintahan desa berfungsi sebagai regulator dan fasilitator, bekerja sama dengan lembaga kemasyarakatan desa seperti Badan Permusyawaratan Desa (BPD) untuk memastikan setiap kebijakan yang diambil selaras dengan aspirasi warga. Perencanaan pembangunan dilakukan melalui mekanisme partisipatif, di mana Musyawarah Desa menjadi forum utama untuk merumuskan program-program prioritas yang akan didanai melalui APBDes.Visi pembangunan Desa Maron ialah "Mewujudkan Desa Maron yang Maju, Sejahtera, dan Berbudaya Berbasis Potensi Pertanian Unggulan". Untuk mencapai visi ini, pemerintah desa fokus pada beberapa misi strategis. Misi tersebut antara lain ialah meningkatkan produktivitas dan nilai jual komoditas tembakau dan sayuran, memperkuat kelembagaan kelompok tani, membangun dan memelihara infrastruktur pertanian seperti jalan usaha tani dan embung, serta melestarikan dan mengembangkan potensi seni budaya sebagai bagian dari daya tarik desa.

Ekonomi Desa: Tembakau Sebagai Primadona, Sayuran Sebagai Penopang

Perekonomian Desa Maron memiliki fondasi yang sangat kokoh pada sektor pertanian, dengan tembakau sebagai komoditas primadona. Tembakau dari lereng Sindoro, termasuk dari Maron, dikenal memiliki kualitas premium yang sangat dicari oleh industri rokok. Bagi masyarakat Maron, siklus tanam tembakau merupakan agenda ekonomi terbesar dalam setahun, melibatkan hampir seluruh tenaga kerja di desa. Mulai dari proses pembibitan, penanaman, perawatan, hingga panen dan proses perajangan serta penjemuran, semuanya menjadi ritual ekonomi yang padat karya dan menjadi sumber pendapatan utama.Sebagai penopang dan strategi diversifikasi risiko, pertanian hortikultura sayuran menjadi pilar ekonomi kedua yang tidak kalah pentingnya. Lahan-lahan di Maron juga subur untuk ditanami berbagai jenis sayuran dataran tinggi seperti kubis, kentang, cabai, wortel, dan daun bawang. Budidaya sayuran ini memberikan pendapatan rutin bagi petani di luar musim tanam tembakau, menjaga perputaran ekonomi desa tetap stabil sepanjang tahun. Hasil panen sayuran dari Maron diserap oleh pasar-pasar lokal di Wonosobo dan dipasok ke berbagai kota besar di Jawa Tengah.

Kehidupan Sosial dan Kekayaan Tradisi Budaya

Kehidupan sosial masyarakat Desa Maron sangat erat dan dilandasi oleh semangat kebersamaan dan gotong royong. Ikatan komunal yang kuat ini terlihat jelas dalam berbagai kegiatan, baik dalam aktivitas pertanian, acara keagamaan, maupun dalam upacara adat. Nilai-nilai kearifan lokal masih dipegang teguh sebagai panduan dalam berinteraksi sosial.Salah satu kekayaan utama Desa Maron adalah semangatnya dalam melestarikan seni dan budaya. Desa ini dikenal memiliki beberapa kelompok kesenian Kuda Kepang atau Jaran Kepang yang sangat aktif. Kesenian ini bukan sekadar tontonan, melainkan bagian dari ekspresi budaya yang ditampilkan dalam berbagai hajatan warga dan perayaan desa. Selain itu, tradisi dan ritual adat yang berkaitan dengan siklus pertanian, seperti upacara selamatan sebelum tanam atau setelah panen, masih sering dilakukan sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dan penghormatan terhadap alam.

Infrastruktur dan Aksesibilitas Desa

Pembangunan infrastruktur terus menjadi prioritas untuk mendukung denyut nadi kehidupan dan perekonomian Desa Maron. Jalan utama yang menghubungkan desa dengan pusat Kecamatan Garung dan jalan raya provinsi berada dalam kondisi yang baik dan dapat dilalui oleh berbagai jenis kendaraan, termasuk truk pengangkut hasil panen. Pemerintah desa juga terus mengalokasikan dana untuk perbaikan dan pemeliharaan jalan lingkungan serta jalan usaha tani yang krusial bagi aktivitas pertanian.Seluruh wilayah desa telah terjangkau oleh jaringan listrik negara. Untuk kebutuhan air bersih, masyarakat memanfaatkan sumber mata air dari lereng Gunung Sindoro yang melimpah, yang dikelola melalui sistem perpipaan sederhana dan program PAMSIMAS untuk menjamin distribusi yang merata. Fasilitas pendidikan dasar seperti SD dan PAUD tersedia di desa, begitu pula dengan layanan kesehatan dasar melalui Poskesdes dan kegiatan Posyandu rutin.

Tantangan dan Prospek Pengembangan Masa Depan

Di balik potensinya yang besar, Desa Maron menghadapi sejumlah tantangan. Di sektor pertanian, fluktuasi harga tembakau yang sangat dipengaruhi oleh kebijakan industri dan cuaca menjadi risiko utama. Ketergantungan pada pupuk kimia dan isu degradasi lahan akibat pertanian intensif juga menjadi perhatian. Dari sisi sosial, regenerasi petani tembakau menjadi tantangan tersendiri di tengah minat generasi muda yang cenderung beralih ke sektor non-pertanian.Meskipun demikian, prospek masa depan Desa Maron sangat cerah. Peluang pengembangan terletak pada peningkatan nilai tambah produk pertanian. Inovasi dalam pengolahan pascapanen tembakau atau diversifikasi produk olahan sayuran dapat meningkatkan pendapatan petani secara signifikan. Potensi agrowisata dan ekowisata juga sangat besar, dengan memanfaatkan keindahan alam lereng Sindoro, keunikan budaya pertanian tembakau, serta atraksi kesenian lokal. Dengan pengelolaan yang baik, penguatan kapasitas sumber daya manusia, dan promosi yang efektif, Desa Maron berpotensi besar untuk berkembang menjadi desa agraris sekaligus desa wisata yang maju dan berkelanjutan.